PETUALANGAN ANAK SUNGAI
Hari pertama,
Tiba sudah,
jejak langkah anak
sungai di pedalaman hutan
Yang terpisah
dari ibunya
Kemudian,
Ia bertemu dua
buah batu besar
Yang hampir
menutup jalannya
Bagiku, sebagai orang yang melihatnya
Kemungkinan dia tidak bisa lagi mengalir
Tapi,
Dengan lembut Ia melewati celah bebatuan itu
Tanpa berisik riak sedikitpun.
Hari kedua,
cahaya matahari
Menembus rindang
pepohonan hutan
Mengiringi aliran
anak sungai
Yang sedikit
menggelombang
Mungkin karena batu-batu kecil dibawahnya
Dan perundakan seperti anak tangga
Kali ini apa yang akan dia lakukan?
Tanyaku, sebagai orang yang memperhatikannya
Dan air itu
terus mengalir
Tak pedulikan
pertanyaanku
Melewati satu
per satu bebatuan
Dengan bentuk
yang sama dengan lekuknya
Dan kecepatan
yang menyesuai, dengan tinggi rendahnya
Namun, kali ini dengan
sedikit riak kecil
Tapi
menyenangkan penderangan dan meyejukkan hati.
Hari ketiga,
Perjalanan
berlanjut
Sekarang dia
berhadapan dengan jurang
Sangat curam
Aku menunggu aksinya
Peryataanku, sebagai orang yang mengamatinya
Saat itu,
Tiap detik terasa sangat berharga
Dan kulihat air tetap tenang
Lalu dengan pantas Ia melompat
Tak peduli betapapun curamnya
Dan batu-batu besar yang menancap kokoh di bawahnya.
Hari keempat,
Setelah
pertemuannya dengan jurang itu
Ia tak lagi utuh
Ada bagian yang
menggenang di tepi sungai
Akibat gemercak
deras
Dari aliran yang
menghantam batu
Beberapa hari kemudian,
Sepasang induk nyamuk datang
Berkembang biak,
Dengan menaruh telur-telurnya di genangan itu
Hingga keruh.
Hari kelima,
Bagian anak sungai
yang lain melanjutkan perjalanannya
Kali ini, Ia sudah
mendekati muara
Benar, samudera
lepas
Namun, tak jauh
di depannya
Sudah menanti simpangan
yang siap membelah dirinya
Menjadi dua
bagian
Yang masing-masing
akan membawa mereka
Ke laut lepas
Dan ke danau
tenang
Dengan kehidupan
berbeda
Yang bergantung
pada mereka.
Malang, 12 September 2012
PP. Sabilurrasyad
Akhmad Khukmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar